“Sejuta Kritik” untuk Sejuta Sayang Untuknya
- dedaibrahim
- Aug 30, 2021
- 5 min read
Updated: Aug 31, 2021
Seorang ayah tentu punya sejuta kasih untuk putrinya. Kesulitan hidup tidak mengurangi kadar cintanya untuk sang buah hati. Namun, sang putri sadar akan keterbatasan ayahnya dan membuat keputusan yang tidak disukai oleh ayahnya, meskipun keputusan itu untuk kebaikan si ayah sendiri.

Deddy Mizwar kembali bermain dalam film berjudul Sejuta Sayang Untuknya (2020). Ia berperan sebagai seorang aktor yang bernama Aktor Sagala. Aktor adalah aktor yang secara profesional tidak diperhitungkan. Ia bermain dalam banyak film. Alih-alih melejitkan namanya, sang aktor melompat dari satu film ke film lain sebagai pemain figuran. Mungkin, sang aktor bisa disebut sebagai aktor pecundang.
Sebagaimana aktor lain, Aktor Sagala, nama sang aktor yang diperankan oleh Deddy Mizwar, memiliki impian di mana ia dapat bermain film yang dapat mengeksplorasi kemampuan aktingnya. Aktor menekan impiannya setiap kali bermain dalam film yang mengorbankan impiannya; ia bahkan membuat tally yang menandai berapa hari ia telah menekan impiannya itu.
Aktor, bagaimanapun, harus realistis mengingat ia tidak hidup sendiri. Ia memiliki buah hati, Gina (Syifa Hadju), yang masih bersekolah dan akan memasuki jenjang kuliah. Gina seorang anak yang berbakti. Ia tidak mengeluh atas hidup mereka yang kurang beruntung. Hanya saja sekolahnya menuntut lebih: sekolahnya ingin tiap siswa memiliki smartphone untuk latihan ujian yang diadakan secara daring. Kondisi menuntut Gina untuk memiliki smartphone dan ia pun memintanya kepada Aktor.
Berawal dari permintaan Gina itu, Sejuta Sayang Untuknya (2020) berkisah tentang upaya Aktor yang bertarung dengan kehidupan dan waktu untuk membelikan Gina smartphone. Aktor menempatkan keinginan anak perempuan satu-satunya sebagai prioritas. Sementara itu, ia harus bersiasat untuk memenuhi kebutuhan dapur rumah tangganya dengan gali lubang dan tutup lubang.
Aktor juga harus bertarung dengan waktu. Ada tenggat waktu bagi Gina untuk memiliki smartphone. Melewati waktu yang telah ditentukan, smartphone itu tidak lagi bermanfaat bagi Gina.
Membelikan Gina smartphone sebagai prioritas sebenarnya adalah isu permukaan (superficial). Permasalahan yang mendalamnya adalah masa depan Gina setelah wisuda sekolah menengah umum; apakah Gina harus melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi dan, jika jawabannya adalah ya, apakah ayahnya mampu membiayai kuliahnya. Hal inilah yang mengkhawatirkan Gina.
Sebaliknya, Aktor, yang telah ditempa oleh hidup yang penuh kesulitan, tidak punya kekhawatiran itu. Ia menyadari dirinya adalah aktor dalam drama akbar dan kosmis, yang bernama kehidupan. Apa yang ia harus lakukan adalah berusaha dan menjalaninya saja. Yang terpenting bagi Aktor adalah ia memberikan segalanya kepada putri tunggalnya.
Rasa sayang Aktor kepada Gina memberinya kekuatan untuk menghadapi kesulitan hari ini dan esok hari. Itu memadai baginya. Sayangnya, hal itu tidak memadai bagi Gina. Ia mengkalkulasi masa depannya dengan banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk meraih masa depan lebih baik. Karenanya, Gina memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang lebih tinggi dan keputusan ini mengecewakan Aktor. Inilah konflik utama film ini.
Sejuta Sayang Untuknya—ditayangkan di kanal Disney+ Hotstar—adalah film bergenre drama komedi. Film jenis ini meramu pelbagai rasa—adegan lucu, menggelikan, bahagia, sedih, gundah, marah, dan lainnya—untuk membuat perasaan penonton bercampur aduk. Oleh karena itu, musik latar adalah bagian penting dalam membangun, meningkatkan, menjaga, serta menurunkan intensitas rasa tersebut dalam film ini.
Misalnya, intro denting piano di lagu Ayah—dibawakan oleh Putri Ariani—yang melatari adegan Aktor yang merasa gundah, tersinggung dan marah kepada Gina mampu membangun suasana terluka antara ayah dan anak. Deddy Mizwar dan Syifa Hadju pun mampu menampilkan ekspresi pas sehingga menciptakan momen yang meluruhkan sekat antara film dan penonton.
Untuk adegan itu, setting sederhana digunakan: ruang keluarga dan kamar tidur Aktor. Pencahayaannya pun minim, tapi itu memadai untuk membangun suasana. Ini berbeda dengan momen menggugah berikutnya, yakni adegan klimaks.
Adegan yang menjadi klimaks adalah acara wisuda sekolah Gina. Tempat luas dibutuhkan sebagai aula atau ruang pertemuan serta intensitas pencahayaan yang tinggi, yang dimaksudkan untuk membangun suasana megah dan akbar. Pengambilan gambar melalui teknik long shot dan musik orkestra yang mengalun perlahan dan kemudian meninggi berperan penting untuk membangun suasana tersebut.
Sayangnya, kemegahan ini sedikit terganggu dengan akting Syifa Hadju yang terlalu kerap menggunakan telunjuk sehingga ia seperti sedang mendikte orang lain. Selain itu, sulit untuk tidak menyadari ruang luas untuk ruang pertemuan itu adalah teater atau bioskop, yang disulap menjadi aula. Ini yang menjadi kekurangan berikut dari film.
Klise yang Menciptakan Jarak
Hal lain yang saya sorot dalam film ini adalah dinamika hubungan Gina dan Wisnu (Umay Shahab). Wisnu, anak yatim kaya raya, menyukai Gina, yang pada awalnya merasa terganggu dengan kehadiran Wisnu. Wisnu tidak kenal lelah memberikan kebaikan, termasuk meminjamkan Gina smartphone-nya untuk latihan ujian. Gina pun menaruh hati kepada Wisnu.
Sebenarnya kisah cinta remaja seperti Gina dan Wisnu adalah kisah biasa yang banyak kita jumpai dalam film Indonesia. Tidak ada sesuatu yang berbeda disajikan dalam adegan-adegan yang memuat hubungan kedua remaja itu.
Tetapi, Wisnu sepertinya diplot lebih dari sekadar kisah kasih Gina di bangku SMA. Lewat figur Wisnu, Herwin Novianto, sutradara film ini, ingin membuat closure; ia sepertinya merasa perlu untuk mengakhiri segala sesuatu yang belum memiliki akhir. Dalam konteks ini, hubungan Gina dan Wisnu adalah salah satu contohnya.
Contoh lain adalah persoalan utang Aktor. Sutradara menggunakan karakter Wisnu untuk melunasi seluruh hutang Aktor. Cara yang Wisnu gunakan adalah dengan menjual sepeda motornya.
Ini menjadi persoalan tersendiri. Seorang remaja kaya menjual motornya—dengan risiko berlelah-lelah menaiki kendaraan umum atau menumpang motor rivalnya dalam memperebutkan cinta Gina—demi ayah orang lain adalah sesuatu yang tidak membumi. Sesuatu yang too good to be true.
Hal yang lebih ganjil adalah jumlah hutang Aktor yang hanya berjumlah sekitar Rp 1.104.500,- kepada Bejo (Kukuh Prasetya), Yohan (Abio Abi), dan Juanda (Oni SOS); apakah layak untuk membuat seseorang menjual motornya sementara hasil penjualannya jauh lebih besar ketimbang jumlah utang Aktor? Bukankah lebih mudah meminta uang kepada ayahnya untuk membayar hutang tersebut?
Persoalan lebih mendalam daripada yang tersurat di atas adalah seberapa mungkin sih keluarga yang tinggal di gang selebar dua motor, seperti Aktor dan Gina, memperoleh keberuntungan seperti itu?
Adegan-adegan di atas (pelunasan utang oleh Wisnu, adegan wisuda yang megah atau Wisnu dan Gina harus menjadi sepasang kekasih) sebenarnya menciptakan klise, yang berpotensi menimbulkan jarak antara film dan penontonnya. Adegan-adegan yang mampu menyedot perhatian penonton—atau mungkin mengidentifikasi dirinya dengan film ini—menjadi sia-sia karena pemirsa merasa dirinya tidak diwakili oleh film yang disaksikannya dan film pun berakhir menjadi film drama komedi biasa.
Hal terakhir yang harus dikritisi adalah semacam rasa kurang hati-hati (dan mungkin menggampangkan) yang muncul dalam film. Meskipun ketidakcermatan dan ketidaktepatan terkadang dimiliki oleh film-film lain, namun yang jarang saya lihat dari film-film tersebut adalah cara penulisan yang salah di papan penanda institusi.
Di atas pintu masuk sekolah tempat Wisnu dan Gina bersekolah, ada papan bertuliskan “SMA Obor Bangsa Jl. Kebangsaan 2 nomer 50 jakarta”. Kata “nomer” bukan kata yang baku berdasarkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Kata yang baku adalah “nomor”. Begitu pula dengan kata “Jakarta”. Sebagai nama kota, huruf pertama harus menggunakan huruf kapital.
Kesalahan kecil ini sangat mengganggu karena setting yang digunakan adalah institusi pendidikan, yang salah satu tugasnya adalah mengajarkan bagaimana menulis yang benar dan tepat. Lalu, bagaimana bisa film ini menampilkan fiksi yang meyakinkan jika menulis papan identitasnya saja salah?[]
Sejuta Sayang Untuknya (2020)
Sutradara: Herwin Novianto / Produser: Zairin Zain / Penulis: Wiraputra Basri/ Penulis cerita: Amirudin Olland / Pemeran: Deddy Mizwar, Syifa Hadju, Umay Shahab / Penata musik: Tya Subiakto / Sinematografer: Yudi Datau / produksi: Citra Sinema, MD Pictures / Distributor: Disney+ Hotstar /Durasi: 97 menit.
#filmindonesia #filmindonesia2020 #deddymizwar #reviewfilm #reviewfilmindonesia #ulasfilm #ulasfilmindonesia #film2020
sumber gambar: kompasiana.com
Comments