The Circle: “Rahasia Adalah Kebohongan” dan Suatu Ending yang Ambigu
- dedaibrahim
- Sep 6, 2021
- 5 min read
Kita adalah saksi kemajuan teknologi informasi (TI). Media sosial, bagian dari perkembangan mutakhir TI sekitar satu dekade terakhir, bagai mimpi basah bagi penggiat TI; bagaimana individu-individu, saling kenal ataupun tidak, terpisahkan ruang maupun waktu, bisa saling menyapa, bertukar info, pengetahuan, pengalaman —menjadi satu.

Media sosial, macam Facebook, WhatsApp, Twitter, Instagram, linkedIn, TikTok, dsb., menghimpun juta pengguna di berbagai belahan dunia. Facebook mencatat peningkatan pengguna harian sebesar 105 juta pengguna sehingga membukukan 2,60 miliar pengguna aktif bulanan di kuartal I-2020, meningkat 10 persen di kuartal yang sama tahun lalu (year-on-year/YOY). Jika digabungkan dengan Instagram, WhatsApp, Messenger di bawah naungan Facebook, Inc., angka tersebut melewati jumlah tiga miliar pengguna bulanan (Kompas, 4 Mei 2020).
Dengan jumlah pengguna sebesar itu (Facebook, Inc. dan media sosial lainnya) dan interaksi individual yang melibatkan data dan informasi yang berlimpah, seperti informasi terkait data diri, jender, info lokasi, info kegiatan, pekerjaan, keuangan, kecenderungan agama, kecenderungan politik, dan lainnya, apakah ada jaminannya media sosial tidak memanipulasi data pribadi kita sebagai hak privasi untuk kepentingan dan profit media sosial tersebut?
Keraguan atas manipulasi data pribadi pengguna media sosial dan pelanggaran privasi ini dikemukakan melalui film The Circle (2017). Film ini bercerita tentang satu perusahaan teknologi dan media sosial, The Circle meluncurkan aplikasi baru, SeeChange. Aplikasi tersebut dapat mengambil, merekam, menampilkan dan menganalisis gambar-gambar yang diambil oleh kamera-kamera berbentuk bulat dan tidak mudah terlihat. Atas nama perubahan, progres, demokrasi dan transparansi. SeeChange ingin mengetahui lebih dan lebih.
Dalam satu adegan, karakter utama film ini, Mae Holland (diperankan oleh Emma Watson) diminta untuk meminum cairan kental berwarna hijau. Pemeran Mae, yang juga membintangi delapan film Harry Potter sebagai Hermione ini, diberikan gelang perak yang disebut dengan media band. Keduanya dapat digunakan untuk membaca kondisi tubuh Mae.
Seketika, diri Mae telah diubah menjadi unit-unit ukuran kesehatan: berapa detak jantungnya, tingkat kolesterolnya, tekanan darahnya, lamanya tidur, berkualitas atau tidak tidurnya, dan lainnya. Setiap langkah yang diambil Mae dan setiap nafas yang dihembuskan oleh Mae diawasi, diamati, direkam, dan dianalisis oleh The Circle.
Chief Executive Officer (CEO) The Circle, Eamon Bailey (Tom Hanks) dan Chief Operating Officer (COO), Tom Stenton (Patton Oswalt), bahkan mengundang dan meminta seorang congresswoman, Olivia Santos, untuk menggunakan aplikasi ini agar konstituennya dapat mengakses seluruh email, percakapan telepon dan rapat-rapatnya.
“Mengetahui itu baik,” kata Eamon. “Tapi mengetahui segalanya itu lebih baik.”
Permukaan dan Berlapis Basemen
Perusahaan teknologi sepertinya merancang gedung mereka sedemikian rupa sehingga kehidupan kerja menyenangkan. Film The Internship (2013) memiliki kemiripan yang berkaitan dengan desain interior gedung The Circle. The Internship bercerita tentang proses seleksi untuk bekerja di Google.
Meskipun tidak sepenuhnya menggambarkan desain interior dan kegiatan yang ada di kampus Google, pihak Google sendiri memberikan konsultasi kepada sutradara (Shawn Levy), aktor-aktornya, dan penulis naskah The Internship (Vince Vaughn dan Jared Stern). Beberapa kegiatan yang ditampilkan dalam The Internship, seperti karyawan dapat bermain bola voli, bersepeda di sekitar kampus, makanan dan kudapan sedap yang gratis adalah adalah benar kegiatan serta fasilitas yang ada di kampus Google.
The Circle juga menampilkan hal-hal serupa: kegembiraan di tempat kerja, kerjasama solid dan menyenangkan, ruang kerja tanpa sekat, taman yang hijau dan nyaman, pesta dengan menghadirkan penyanyi Beck, kegiatan sosial kantor, dan sebagainya. Kegembiraan di tempat kerja adalah kunci kreativitas dan produktivitas. keterbukaan menjadi hulu dan filosofi The Circle (ekuivalen dengan prinsip dan budaya Don’t Be Evil milik Google). Keterbukaan bermakna tiadanya rahasia. “Tanpa rahasia, tanpa menimbun pengetahuan dan informasi,” ujar Eamon. “Kita pada akhirnya dapat mewujudkan potensi kita.”
Dalam adegan lain, Ty Lafitte (John Botega), pencipta TrueYou (salah satu aplikasi terpopuler The Circle), mengajak Mae ke suatu tempat di bawah tanah, dimana The Circle meletakkan server-server untuk menimbun data dan informasi. Mereka menelusuri lorong basemen yang temaram untuk menuju tempat tersebut, suatu lorong yang dingin dan menimbulkan rasa tidak nyaman—terutama bagi Mae karena ia harus berada di lorong tersebut dengan seorang pria sepenuhnya asing baginya.
Tidak cukup di satu tempat saja, The Circle akan membangun tempat server lagi di lorong subway yang terabaikan. Tempat tersebut berada di lantai terbawah, berbentuk lorong panjang dan gelap dengan aliran air menuju suatu teluk; suatu lorong yang seakan tak berujung. Ty mengajak Mae ke lorong itu. “Santos hanyalah awal,” kata Ty sambil menunjukkan lorong tersebut.
Dua jenis ruang di gedung The Circle membentuk struktur organisasi-diri The Circle: keterbukaan, transparansi, kegembiraan, potensi diri di satu ruang; serta kegelapan, ketemaraman, dan rahasia di ruang lain. Dengan struktur ini, sutradara film The Circle, James Ponsoldt, seakan ingin menunjukkan, keterbukaan memiliki bayang-bayangnya sendiri. Tidak ada keterbukaan tanpa adanya rahasia. Seberapa besarnya sesuatu ingin menunjukkan keterbukaan dan transparansi, selalu ada ruang-ruang dan sudut-sudut berbayang, temaram, gelap, keburukan—deskripsi yang merujuk kepada rahasia.
The Circle begitu ngebet menunjukkan pentingnya transparansi: “Keterbukaan...Kami mengamalinya,” kata Tom, sehingga suatu psikologi terbalik (reversed psychology) seharusnya diterapkan: apa motivasi di balik itu semua? Suatu perusahaan tidak akan membuang uang ratusan miliar (atau mungkin triliun?) membangun gedung dan infrastruktur sekadar untuk menunjukkan pentingnya transparansi dan keterbukaan?
The Circle memiliki motivasi tersembunyi, dan motivasi tersembunyi pada dasarnya bersifat rahasia. The Circle punya rahasia, dan, mengutip perkataan Mae, “rahasia adalah kebohongan”.
Ending yang Ambigu
Pada akhirnya, Mae harus mengungkapkan rahasia (baca: kebohongan) The Circle—meskipun didorong dulu oleh kematian teman masa kecilnya, Mercer (Ellar Coltrane) karena dikuntit pengguna SeeChange. Di hadapan para koleganya, Mae menyematkan bola kamera SeeChange pada pakaian Eamon dan Tom. Tidak ada lagi rahasia.
Apakah begitu? Apakah transparansi penuh adalah kebaikan? Apakah rahasia (begitu) buruk? Apakah seseorang tidak berhak atas privasinya—penjahat sekalipun? Apakah tidak melanggar hak privasi seseorang? Apakah pengamatan untuk orang kebanyakan begitu penting? Bagaimana dengan keamanan data kita sendiri di media sosial? Apakah itu aman?
Data dan informasi berkaitan dengan privasi data pengguna dan berikut pelanggarannya tersedia dan dapat di-google. Misalnya, Facebook mengalami kebocoran data sebesar 267.140.436 data (katadata.co.id tanggal 20 Desember 2019). Instagram mengalami kebocoran basis data yang memuat 49 juta entri. Pengguna internet dapat mengakses data tersebut melalui Amazon Web Services tanpa password. (katadata,co.id, tertanggal 22 Mei 2019).
Tokopedia mengalami kebocoran data yang menyangkut 91 juta penggunanya. (kompas.com tertanggal 5 Juli 2020). Data 13 juta akun Bukalapak bocor dan diperjualbelikan. Pemerintah melalui Kementerian Dalam Negeri dengan sukarela memberikan “hak akses” kepada 13 perusahaan yang bergerak di bidang perbankan, perusahaan pembiayaan, pinjaman online, hingga perusahaan sosial untuk verifikasi data.
Kasus-kasus ini menunjukkan bahwa pada akhirnya kita yang harus (dipaksa) terbuka dan “telanjang”—bukan pemerintah, bukan perusahaan swasta, bukan koruptor, bukan politisi. Hanya mereka yang (di)lemah(kan) yang harus tidak memiliki rahasia. Ini semua demi, mengutip Ty, “...akumulasi kekayaan dan kontrol.”
Karena itu disini saya berpisah jalan dengan Ponsoldt. Sutradara membuat ending dimana Mae memeluk keterbukaan—dengan drone-drone beterbangan mengelilingi dirinya yang sedang menikmati alam dan mengendarai kayak.
Ending seperti ini menegaskan ambiguitas Ponsoldt—kalau tidak bisa dikatakan kontradiktif—terhadap perkembangan mutakhir TI dan media sosial: ia tidak tahu bagaimana ia harus bersikap dengan tepat kepada TI dan media sosial. Di tengah bertumpuknya kasus-kasus nyata akibat interkoneksitivitas TI dan potensi ancaman terhadap individualitas, sutradara menampilkan semburat bahagia di wajah Mae.
Saya sendiri memilih untuk menetapkan distansi antara ruang pribadi dan ruang publik, privasi dan keterbukaan. Saat dinding pemisah keduanya luruh, pemerintah, perusahaan swasta dengan kepentingan dan kuasa yang kuat—politis, finansial, kultural, atau bentuk apapun—akan memanfaatkan dan melemahkan kita. Saya memilih untuk mencurigai motif-motif tersembunyi yang bersemayam di ruang, sudut atau lorong gelap dalam diri individu, perusahaan, dan pemerintah. Bukankah kita semua memiliki alam bawah sadar yang tidak sepenuhnya tidak dapat kita kendalikan?
“Saya hanya ingin mengalir di dunia ini seperti orang normal. Saya tidak ingin diamati setiap detiknya,” kata Ty, yang sebenarnya keinginan banyak orang di dunia nyata ini.[]
The Circle (2017)
Sutradara: James Ponsoldt / Produser: Anthony Bregman, Gary Goetzman, Tom Hank, James Ponsoldt / Naskah: James Ponsoldt, Dave Eggers/ Pemeran: Emma Watson, Tom Hanks, John Boyega, Karen Gillan, Ellar Coltrane, Patton Oswalt, Glenne Headly, Bill Paxton/ Durasi: 110 menit.
Sumber gambar: wikipedia
Comments