top of page
  • Twitter
  • Facebook
  • Instagram

USS Indianapolis: Men Of Courage dan Persoalan Memaafkan Diri Sendiri

  • dedaibrahim
  • Sep 2, 2021
  • 3 min read

Sebagian kita mengatakan bahwa hidup adalah pilihan. Bagi sebagian lain, hidup mereka ditentukan oleh pilihan yang dibuat oleh orang lain.


Mereka yang dapat memilih bagaimana menjalankan hidup mereka semestinya adalah orang yang berbahagia dalam hidup mereka. Andai mereka memiliki pilihan yang salah, mereka tahu itu adalah tanggung jawab mereka. Itu konsekuensi dari pilihan yang kita ambil.





Apakah mereka yang tidak memiliki kebebasan dalam memilih juga harus memikul tanggung jawab serupa? Jika kita seorang komandan kapal perang yang diberikan tugas membawa bom atom yang akan digunakan untuk meluluhlantakkan kota beserta isinya, apakah kita akan menolaknya?


Perang tidak sekedar pertarungan antara yang baik melawan yang jahat. Beberapa perang memiliki unsur itu. Tetapi, terlalu naif untuk menganggap peramg itu murni persoalan baik dan buruk.


Perang adalah politik. Perang adalah kebijakan politik diambil oleh kepala negara dengan tujuan menguasai dan menghancurkan negara sasaran. Kemenangan menjadi tujuan perang dan negara yang memenangkan perang harum namanya, terutama di mata warganya.


Meskipun menang perang, hal-hal yang menurunkan citra negara dihindari dan disingkirkan. Rekayasa dibuat untuk mengkambinghitamkan siapapun yang mungkin bisa dikambinghitamkan. Tanggung jawab dilempar kepada mereka yang seharusnya menjadi pahlawan dan dipaksa menjadi korban dari kebusukan politisi yang tangannya tidak mau menjadi kotor atau penuh darah atas kebijakan politiknya.

Perang tidak pernah sederhana karena politik memang tidak pernah sederhana.


Kemanusiaan yang Terluka, Diri yang Terluka


Film USS Indianapolis: Men of Courage (2016) tidak sepenuhnya bercerita tentang perang dan politik. Film ini menggambarkan pengorbanan yang besar yang dilakukan oleh kru kapal perang USS Indianapolis bagi negara dan kebebasan. Perang selalu meminta korban.


USS Indianapolis diperintahkan oleh Presiden Truman untuk membawa dua kargo berisi bom atom ke pangkalan AS di Filipina (kedua bom itu kemudian dilepas dari udara di kota Nagasaki dan Hiroshima). Misi ini adalah misi rahasia dan dibawah perintah langsung dari Truman.


Sifat rahasia misi yang membuat kru USS Indianapolis tidak segera ditolong saat kapal perang tersebut ditembak dengan enam rudal dari kapal selam Jepang. Kru berjumlah 800an orang terombang-ambing selama beberapa hari di tengah lautan menunggu bantuan dan menunggu diserang oleh ratusan ikan hiu. Mereka menyaksikan teman-teman mereka dimakan oleh ikan hiu. Jumlah kru ini menyusut menjadi sekitar 300an saat bantuan datang.





Ada adegan menarik dalam film ini yang dapat membawa kita merenungi dan mempertanyakan kemanusiaan kita. Adegan tersebut adalah pertemuan antara komandan USS Indianapolis, Capt. Charles Butler McVay III (diperankan oleh Nicholas Cage) dengan komandan kapal selam Jepang yang menembakkan rudal ke kapal USS Indianapolis, Hashimoto (diperankan oleh Yutaka Takeuchi) saat nama terakhir diminta datang ke AS sebagai saksi atas persidangan McVay terkait dengan pertanggungjawabannya sebagai komandan USS Indianapolis.


Adegan tersebut memunjukkan kerapuhan diri manusia ketika menjalankan misi yang bertentangan dengan kemanusiaan dan kita tidak bisa memilih untuk tidak melakukannya. Jiwa manusia terbelah menjadi dua kepribadian: kepribadian yang menjalankan tugas dan kepribadian manusiawi dimana ia seharusnya berpihak. Ia sepanjang hidupnya dihantui oleh rasa bersalah yang diakibatkan oleh tugas yang dijalankan.


Memaafkan diri sendiri adalah cara untuk berdamai dengan masa lalu yang kelam.


Tapi apakah memaafkan diri sendiri cukup untuk berdamai dengan masa lalu? Pada akhirnya, McVay mengambil nyawanya sendiri.


Film USS Indianapolis ini menyisakan pertanyaan-pertanyaan bagi diri kita: apakah sejatinya kita bisa memilih antara melaksanakan tugas yang melanggar nilai-nilai kemanusiaan atau berpihak kepada nilai-nilai tersebut? Andai kita tidak bisa memilih dan tetap melaksanakan tugas tersebut, bisakah kita memaafkan diri kita sendiri karena rasa bersalah?


Mungkin, kita juga tidak memiliki jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas, tetapi paling tidak film seperti USS Indianapolis: Men of Courage ini mampu mengangkat dan membuat kita merenungi nilai kemanusiaan, dan, karena itu, film seperti ini memadai untuk disaksikan.[]


USS Indianapolis: Men of Courage (2016)

Sutradara: Mario Van Peebles / Naskah: Cam Cannon, Richard Rionda Del Castro / Produser: Michael Mendelsohn, Richard Rionda Del Castro / Pemeran: Nicolas Cage, Tom Sizemore, Thomas Jane, James Remar, Matt Lanter, Brian Presley, Cody Walker / Durasi: 130 menit.


Rating: 3/5



Sumber gambar: wikipedia


 
 
 

Comments


About Me

Deda Ibrahim.jpeg

Saya Deda Ibrahim dan situs ini adalah ruang opini tentang film, ulas film, dan esai-esai tentang film. 

Film adalah teks terbuka terhadap pelbagai pemahaman dan tafsir. Untuk itu, situs ini ada.

Posts Archive

Tags

HAVE I MISSED ANYTHING GOOD LATELY?
LET ME KNOW

Thanks for submitting!

© 2023 by On My Screen. Proudly created with Wix.com

bottom of page